Rindu



Riuh lalu lalang manusia dan suara bising knalpot motor dan mobil,suara klakson yang saling bersahutan,menyadarkanku dari lamunan panjang,ada ruang kosong disudut perasaan yang tidak bisa diisi dengan keriuhan suasana kota Denpasar yang hiruk pikuk.
Pengembaraan panjang dan melelahkan dalam rangka memenuhi tugas tugas kehidupan seperti tidak ada ujung dan pangkalnya,
Kerinduan yang akhir akhir ini begitu menghendak pada kehidupan yang penuh dengan ketentraman dan suasana yang nyaman,dekat dengan keluarga dan juga handai taulan dikampung tercinta rasanya sudah tak tertahan lagi.

Kampungku mungkin tak seindah dulu,kampungku mungkin tak seramah dulu,air dikampungku mungkin tak sesejuk dulu,tapi disanalah aku pertama kali melihat alam raya,disanalah tangis pertamaku pecah,airnya kuminum dan tanahnya kupijak dan Insya Allah menjadi peristirahatanku yang terakhir berkalang tanah kampungku.
Aku rindu Air Belik di sebelah kuburan desa yang sekarang sudah hilang karena Proyek PLTA,aku rindu derasnya air pancuran Bonem (entah sekarang masih ada atau tidak),aku rindu tenangnya arus sungai BTW tempatku bermain dan mandi bersama teman teman kecilku
Aku kangen berebut buah Belimbing dibelakang Rumah Mbah Hariri,pohon Blimbing tua yang selalu berbuah lebat dan manis..kangen sama Mushola kecil di Kemantren tempat aku belajar dan menghafal Juz Am'ma dibimbing Kang Rohmat dan Kang Kirman.

Aku ingin pulang dan larut kembali dengan kehidupan dikampungku,suara Adzan yang bersahut sahutan,suara Tadarus Al Quran menjelang waktu Sholat.
Aku ingin segera bisa menikmati uceng dan melem kali kacangan yang gurih..oh..Bahkan seorang Ebiet G Ade pun mengabadikan Pelataran Kali Kacangan sebagi Inspirasi Lagu lagunya.

Wanadadi pancen ngangeni...tunggu aku sebentar lagi.


Share:

0 comments:

Posting Komentar