Saat-saat Air menenggelamkan Desaku


Masa-masa sekolah dulu dikampung adalah masa yang sangat sulit untuk dilupakan,saat menempuh pendidikan di SD Negri 1 Wanadadi antara tahun 1974 s/d 1980,waktu itu kampungku belum ada Listrik.
Desa yang tenang dan gelap diwaktu malam,gelap karena mengandalkan penerangan dari Lampu petromaks dan Lampu minyak yang banyak menghasilkan jelaga,sehingga kalau harus belajar malam-malam kita harus ikhlas wajah kita kena asap jelaga yang hitam,tapi itu tidak pernah mengurangi semangat kita dalam belajar.
Guru-guruku kini sudah banyak yang berpulang,yang masih hidup sekarang juga sudah sangat sepuh.
Dari merekalah aku mendapatkan bekal dasar pendidikan.

Aku ingin bercerita tentang kenanganku pada saat sekolah dulu,tapi belum terkumpul semuanya diotak,lain kali saat aku pulang kampung lagi aku ingin menggali kenangan sebanyak-banyak nya tentang masa kecilku,apalagi sekarang setiap 3 Tahun sekali kami Alumni SMPN Wanadadi tahun 1980/1983 sepakat mengadakan reuni,Insya Allah lain waktu akan aku tulis lebih banyak lagi.

Yang ingin aku tulis sekarang adalah kenangan tentang kampungku yang tinggal separoh dan tetangga desaku yang lenyap terendam air.
Setiap kali pulang kampung ke Wanadadi banyak terlintas keharuan dan kesedihan,mengingat jejak kenangan masa kecil yang terhapus seiring tenggelamnya separoh kampungku tergenang air bendungan Waduk Mrica.
Bendungan Mrica adalah bukti pengorbanan warga kecamatan Wanadadi,kecamatan Bawang yang harus merelakan desanya lenyap dijadikan waduk,demi terciptanya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sekarang terkenal dengan nama Bendungan Panglima Besar Jendral Soedirman.

Tempat bermainku waktu kecil di Dukuh Jurang,Sungai BTW yang membelah Desa adalah sungai yang sangat akrab dengan kami anak-anak Desa Wanadadi sebelum hilang terendam



Share:

0 comments:

Posting Komentar